Prolog: Dialog Dua Sisi
Ardi: Aku ingin menikahimu, karena feeling-ku mengatakan seperti itu. Not because i love you. yup, as simple as that.
Izti: I’m nothing, not special, and not perfect. Kesimpulannya, I just the ordinary people. Lagipula, kurasa kamu tidak akan bisa melewati tembok tinggi yang kubangun di dalam hatiku.
Ardi: you are something, you are special but i also agree that you're not perfect. Would you open the door for me? I’m not interested to climb the wall, if there’s a door.
Izti: The door is locked. And I don’t know, where’s the key.
Ardi: "sebuah pernikahan tidak diawali dengan kesempurnaan masing2 pasangan melainkan diawali dengan kegigihan untuk melakukan perbaikan tanpa akhiran" --bumi wangi seumpama--
demi sang peletak kata
demi sang penggerak pena
atas-Nya kata2 itu bersua dengan tinta
terbaca oleh mata
dan mungkin terdengar berbeda di telinga
please be my wife.
Izti: Ketika kau memutuskan untuk menikah denganku, maka kau akan menemukan banyak cela dalam diriku. You never know who am I be4 you get any closer. Maka putuskanlah apa yang akan kau rasakan dan kau inginkan setelah itu. Sebab kau tak pernah tahu, apakah segala ketertarikan itu akan ada di hatimu selamanya, atau hanya bentuk kamuflase dari sebuah fatamorgana.
Ardi: kamu ngga sempurna di mataku. tapi apakah lantas kamu harus kutinggalkan? kalo kita ini malaikat, akan kutinggalkan kamu di ujung perbedaan. karena kamu bukan malaikat yang ngga mungkin bikin kesalahan, bukan pula setan yang selalu bikin kesalahan.karena kamu manusia. yang selalu ada kemungkinan salah -lalai-lupa. tinggal kita berusaha melakukan perbaikan. kiranya sendiri terasa terbeban, mungkin berdua akan lebih ringan - insha Allah.
Izti: Kamu pikir memperbaiki sebuah kesalahan itu seperti menghapus tulisan di papan tulis? Bahkan mencabut paku yang terlanjur tertancap pun pasti meninggalkan bekas. Lantas, dengan apa kamu jalari masa depan, jika setiap kesalahan terjadi seperti hembusan angin yang tak pernah berhenti?
Ardi: Proses itu perlu,
sebagaimana kepompong yang berlalu
Dari ulat menjadi kupu-kupu
Proses itu perlu
selama ini, aku ngga pernah melamar orang kecuali orang itu yang mulai menyatakan "cinta"nya. aku cuma nanya? do you know me? do you know how bad i am? and for the final question, will you help me to be a better man. karena menikah denganku berarti menikah dengan seorang pelajar dodol yang begitu lama menunjukkan perubahan-perbaikan, bukan menikah dengan seorang pemimpin, ustadz, ulama, orang pintar, hafidz atau apalah yang biasanya menjadi kriteria atau idaman perempuan. pada akhirnya, aku ingin memberikan puisi berjudul "kumpulan kata untuk istriku cinta" padamu. kiranya kamu mau mempertimbangkan lamaranku.
Izti: Tanyalah pada orangtuaku, apakah mereka akan melepaskan putrinya untuk pelajar dodol seperti kamu.
***
Well, finally, the king has given his blessing for the beast to marry his beauty princess. The beast is a prince who has witched to be a frog. But the prince is a person who has a kind heart. Then, they are going to get marriage and have a beautifull life, very happy ever after. (dongeng banged :p)
Tetapi hidup adalah reality, bukan fiksi, apalagi dongeng. Maka sebelum layar terkembang, sebelum jangkar dilepaskan, sebelum berlayar ke samudera rumah tangga yang mengharu biru, ingatlah tuk selalu membawa nama-Nya dalam hati kita.
Jika terhempas di lautan duka, tegar dan sabarlah tawakal pada-Nya
Jika berlayar di suka cita, ingatlah selalu tuk syukur pada-Nya
Dan akhirnya kuberharap pada kakuatan do’a yang terpanjatkan dari saudara-saudara kita, agar pernikahan ini mendapatkan barakah-Nya. Sebab pernikahan ini bukan dimulai karena kita saling jatuh cinta, tetapi adalah komitmen untuk membangun cinta itu bersama-sama.
Perjanjian berat telah terikat, akad nikah telah terucap, Dan buku nikah bertanda tangan dua insan yang masih surprised banged! Coz the wedding is so simpe like that? Tuing….! And now, i;m not a princess, but I;m the queen, and he is the king! HAHAHA!
Regards,
Izti & Ardi